1 Pet 5 : 1 – 5
(Beberapa Catatan dan Informasi/Kutipan Lepas)
1. Pengantar
Tidak banyak bagian Alkitab yang berbicara tentang para
penatua dan sekaligus menunjukkan betapa pentingnya peranan para
penatua/tua-tua dalam Jemaat, khususnya dalam gereja perda- na. Di sini jugalah
letak pentingnya perikop bacaan kita sekarang ini. Tambahan pula, yang menulis
surat ini adalah Petrus, “camat”-nya para rasul, yang dalam suratnya ini
menyatakan dirinya sebagai “teman penatua” (Inggris: a fellow elder). Jabatan
penatua mempunyai asal-usul dari lingkungan agama dan masyarakat Yahudi. Per-
tama kali jabatan ini dikenal ialah ketika Musa mengangkat 70 orang untuk ikut
memimpin umat Israel dan kepada mereka ini dikaruniai Roh Allah (Bil 11:16-30).
Sejak itulah jabatan “tua-tua/penatua” menjadi fungsi yang tetap/permanen dalam
kehidupan bermasyarakat orang- orang Israel/Yahudi. Memasuki zaman Perjanjian
Baru, penatua/tua-tua merupakan jabatan dasar (Inggris: basic office) dalam
jemaat perdana [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari William Barclay, The
Daily Study Bible, the Letters of James and Peter (Edinburgh: the Saint Andrew,
1987), 262ff.]. Informasi: Sesudah masa pengembaraan di padang gurun, kelihatannya
tiap kota [dan desa] mempunyai lembaga pemerintahan sendiri yg terdiri dari
para tua-tua, yg menurut Kitab Ul berfungsi sebagai hakim dalam menahan para
pembunuh (Ul 19:12), menjalankan pemeriksaan (Ul 21:2), dan menyelesaikan
pertikaian perni- kahan (Ul 22:15; 25:7). . . . Jumlah mereka berbeda-beda . .
. dan mereka dihu- bungkan dengan pejabat-pejabat sipil yg lain, mis
kepala-kepala suku (Ul 5:23; 29:10) dan para pengatur pasukan dan para hakim
(Yos 8:33). Mungkin kata ‘tua- tua’ merupakan kata umum untuk lembaga
pemerintahan dan mencakup bebera- pa dari pejabat-pejabat ini. . . . Pada
mulanya kekuasaan mereka bersifat sipil, tetapi pada zaman PB tua- tua bangsa
Yahudi (presbuteroi tou Laou) sama-sama berkuasa dengan para i- mam kepala (Mat
21:23) dalam memutuskan soal-soal agama, dan jika perlu da- lam mengucilkan
orang dari rumah sembahyang Yahudi [kutipan dari Ensiklopedi Alki- tab Masa
Kini, Jilid II (Jakarta: YKBK/OMF, 1995), hlm. 493].
2. Eksposisi
2.1. Ayat 1: “teman penatua” --- menyatakan bahwa Petrus
tidak menempatkan diri sebagai yang lebih tinggi derajatnya dari para penatua,
tetapi sebagai rekan. Dengan itu tersirat pula bahwa Petrus tidak merasa
sebagai yang utama dalam hubungannya dengan para ra- sul lainnya, terlepas dari
penugasan khasnya dari Yesus (bnd. Yoh 21:15 dst). Nampak juga di sini betapa
Petrus telah berubah --- dari seorang yang tadinya suka “ngomong” dan “sok
bisa/menampilkan diri”, kini menjadi seorang yang rendah hati. “saksi
penderitaan Kristus” --- malah lebih dari itu, Petrus juga saksi untuk
pembangkitanNya dan ketuangan Roh Kudus (Pentakosta). Terlepas dari
penyangkalan- nya terhadap Yesus, tetapi cinta kasihnya kepadaNya tidak
diragukan. Justru karena inilah maka kepadanya Yesus mengamanatkan untuk
menggembalakan domba-dombaNya (Yoh 21:15 dst). Lalu dari pihak Yesus sendiri:
“the constraining power of the love of Christ no doubt gave Peter his pastoral
concern” “mendapat bagian dalam kemuliaan . . . kelak” --- seperti yang telah
sekelu- mit dialaminya dalam pemuliaan Yesus di gunung (Mrk 9:28). Dengan itu Petrus menyu- lut
pengharapan dan ketahanan beriman bagi orang-orang Kristen yang menderita. Juga ini menggambarkan wataknya: “he is a man of invincible
hope” [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari The Interpreter’s Bible, Vol. XII
(Nashville, Tenn.: Abingdon, 1957), “Exposition”, p. 148].
2.2. Ayat 2: “gembalakanlah” --- bisa diperkirakan bahwa dalam menyampaikan seruan ini, Petrus tentunya teringat akan amanat Yesus yang telah bangkit dan yang ditujukan kepa- danya untuk menggembalakan domba-dombaNya (Yoh. 21:15 dst). Bukan itu saja, ia tentunya teringat perumpamaan anak domba yang hilang, di mana Yesus menggambarkan diriNya sebagai sang gembala tersebut, bahkan yang rela menyabung nyawanya untuk menyelamatkan domba-dombanya (Mat 18:12-14; Luk 15:4-7). Bersama dengan para murid yang lain, ia diutus oleh Yesus untuk mencari “domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Mat 10: 6). Petrus mestinya memahami perasaan belas kasihan Yesus yang melihat orang banyak bagaikan “domba yang tak bergembala” (Mat 9:36; Mrk 6:34). Di atas semuanya ini, Yesus melihat diriNya sebagai gembala yang baik, yang “memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (Yoh 10:1-18). Dengan latar belakang ini semua, maka dari seruan ini pula tersirat pandangan Petrus tentang jabatan gembala [jemaat], “being a shepherd of the flocks of Christ was . . . the greatest privilege that a servant of Christ could enjoy” [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari Barclay, op. cit., pp. 269f.]. Informasi: Dalam PB tugas Mesias adalah menjadi Gembala, bahkan Gembala Agung (Ibr 13:20; 1 Ptr 2:25; 5:4). Hal ini diuraikan secara rinci dalam Yoh 10 dan rinciannya sepadan dengan Yeh 34. . . . Ajaran mengenai Diri Mesias, yang diumpamakan pintu (gembala sering tidur tepat di mulut pintu atau di mulut tembok) terkait dengan Gembala yang baik, tapi bertentangan dengan gemba- la upahan yg tidak becus. Injil Yoh menggarisbawahi hubungan Mesias de- ngan para pengikut-Nya dan Allah; ihwal menyatukan ‘domba-domba lain’ menjadi satu kawanan dengan domba-domba lainnya (ay 16); dan menolak orang-orang yg bukan domba yg sungguh dari Mesias itu [kutipan dari Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I, hlm 331]. “jangan dengan paksa . . . kehendak Allah” --- seruan ini menyiratkan bahwa menjadi penatua berarti menempati suatu jabatan yang dihormati. Ungkapan “sesuai de- ngan kehendak Allah” berkaitan erat dengan ungkapan “dengan sukarela”. Itu berarti bah- wa para penatua hendaknya melayani, bukan untuk keuntungan/kepuasan diri pribadi ma- sing-masing, tetapi sebagai para sukarelawan dalam mengemban pelayanan (“service”) yang diberikan oleh Allah. Ungkapan “mencari keuntungan” menyiratkan bahwa jabatan penatua bisa disalahgunakan untuk mencari keuntungan. Merujuk kepada 1 Tim 5:17 dst, maka pada waktu itu sudah diberlakukan suatu sistem pengupahan bagi para pelayan gere- jawi. Ini juga tersirat dalam isi surat Paulus kepada jemaat di Korintus (1 Kor 9:7-11) [Sumber: J.N.D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and Jude (London: Adam & Charles Black, 1969), pp. 200f.].
2.2. Ayat 2: “gembalakanlah” --- bisa diperkirakan bahwa dalam menyampaikan seruan ini, Petrus tentunya teringat akan amanat Yesus yang telah bangkit dan yang ditujukan kepa- danya untuk menggembalakan domba-dombaNya (Yoh. 21:15 dst). Bukan itu saja, ia tentunya teringat perumpamaan anak domba yang hilang, di mana Yesus menggambarkan diriNya sebagai sang gembala tersebut, bahkan yang rela menyabung nyawanya untuk menyelamatkan domba-dombanya (Mat 18:12-14; Luk 15:4-7). Bersama dengan para murid yang lain, ia diutus oleh Yesus untuk mencari “domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Mat 10: 6). Petrus mestinya memahami perasaan belas kasihan Yesus yang melihat orang banyak bagaikan “domba yang tak bergembala” (Mat 9:36; Mrk 6:34). Di atas semuanya ini, Yesus melihat diriNya sebagai gembala yang baik, yang “memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (Yoh 10:1-18). Dengan latar belakang ini semua, maka dari seruan ini pula tersirat pandangan Petrus tentang jabatan gembala [jemaat], “being a shepherd of the flocks of Christ was . . . the greatest privilege that a servant of Christ could enjoy” [Sumber dan kutipan bahasa Inggris dari Barclay, op. cit., pp. 269f.]. Informasi: Dalam PB tugas Mesias adalah menjadi Gembala, bahkan Gembala Agung (Ibr 13:20; 1 Ptr 2:25; 5:4). Hal ini diuraikan secara rinci dalam Yoh 10 dan rinciannya sepadan dengan Yeh 34. . . . Ajaran mengenai Diri Mesias, yang diumpamakan pintu (gembala sering tidur tepat di mulut pintu atau di mulut tembok) terkait dengan Gembala yang baik, tapi bertentangan dengan gemba- la upahan yg tidak becus. Injil Yoh menggarisbawahi hubungan Mesias de- ngan para pengikut-Nya dan Allah; ihwal menyatukan ‘domba-domba lain’ menjadi satu kawanan dengan domba-domba lainnya (ay 16); dan menolak orang-orang yg bukan domba yg sungguh dari Mesias itu [kutipan dari Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I, hlm 331]. “jangan dengan paksa . . . kehendak Allah” --- seruan ini menyiratkan bahwa menjadi penatua berarti menempati suatu jabatan yang dihormati. Ungkapan “sesuai de- ngan kehendak Allah” berkaitan erat dengan ungkapan “dengan sukarela”. Itu berarti bah- wa para penatua hendaknya melayani, bukan untuk keuntungan/kepuasan diri pribadi ma- sing-masing, tetapi sebagai para sukarelawan dalam mengemban pelayanan (“service”) yang diberikan oleh Allah. Ungkapan “mencari keuntungan” menyiratkan bahwa jabatan penatua bisa disalahgunakan untuk mencari keuntungan. Merujuk kepada 1 Tim 5:17 dst, maka pada waktu itu sudah diberlakukan suatu sistem pengupahan bagi para pelayan gere- jawi. Ini juga tersirat dalam isi surat Paulus kepada jemaat di Korintus (1 Kor 9:7-11) [Sumber: J.N.D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and Jude (London: Adam & Charles Black, 1969), pp. 200f.].
2.3. Ayat 3: “Janganlah . . . mau memerintah . . .
menjadi teladan” --- Jelas Petrus di sini mengingatkan para penatua agar tidak
menyalahgunakan wewenang (otoritas) mereka. Melatar belakangi seruan Petrus di
sini adalah peringatan Yesus sendiri, seperti yang ter- catat dalam Mrk 10:42
dst. “The will-to-power motive belongs to the
world; it should have no place in the Church.” [Sumber dan kutipan bahasa
Inggris dari C.E.B. Cranfield, I & II Peter and Jude (London: SCM, 1960),
pp. 129f.].
2.4.
Ayat 4: Sesudah menyampaikan ketiga seruan tadi, sekarang Petrus menyampaikan
janji, “apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang
tidak da- pat layu.” “Mahkota” adalah tanda penghargaan tertinggi dari Allah
bagi manusia --- “the promised eschatological reward” [Sumber dan kutipan
bahasa Inggris dari Kelly, op. cit., p. 203].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar