Sabtu, 18 September 2021

PENGKOTBAH 10 ; 10 - 15

Kotbah Minggu 19 September 2021 Pengkotbah 10 : 10 – 15 Topik: . 10:10 Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat. 10:11 Jika ular memagut sebelum mantera diucapkan, maka tukang mantera tidak akan berhasil. 10:12 Perkataan mulut orang berhikmat menarik, tetapi bibir orang bodoh menelan orang itu sendiri. 10:13 Awal perkataan yang keluar dari mulutnya adalah kebodohan, dan akhir bicaranya adalah kebebalan yang mencelakakan. 10:14 Orang yang bodoh banyak bicaranya, meskipun orang tidak tahu apa yang akan terjadi, dan siapakah yang akan mengatakan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia? 10:15 Jerih payah orang bodoh melelahkan orang itu sendiri, karena ia tidak mengetahui jalan ke kota. . . Salam sejahtera buat kita semua. Semoga Tuhan masih berkenan memberkati kita semua. Saudaraku, Ada tiga gambaran orang yang berhikmat dalam kotbah ini: 1. Seperti mengasah besi tumpul. 2. Seperti memantera ular agar tidak memagut. 3. Tutur kata yang menarik hati. Pertama: Seperti mengasah besi tumpul. Ada pepatah yang berkata: Belakang parang jika diasah akan tajam juga. Kita sering mendengar pepatah ini sewaktu masih duduk di bangku SD. Diharapkan bahwa setiap murid akan cerdas jika terus belajar. Maka diibaratkan seseorang yang tergolong bodoh, jika terus belajar dengan tekun niscaya akan pintar. Sama seperti parang atau kapak yang sudah tumpul, akan menjadi tajam jika diasah. Bagaimana pun juga akan sulit bagi seseorang untuk memotong atau menebang kayu dengan kapak yang sudah tumpul. Tangan akan terasa sakit jika memakai kapak yang tumpul. Jika pun bisa, pasti membutuhkan tenaga yang besar. Maka orang yang tidak mau belajar, otaknya akan tumpul seperti parang yang tumpul tersebut. Perkara apa pun yang dihadapi, akan sulit untuk diselesaikan karena dia tidak memiliki kecerdasan. Akan berbeda halnya dengan orang yang berhikmat atau yang cerdas. Dia akan memperhatikan ketajaman peralatannya jika ingin menebang atau memotong kayu. Jika peralatannya sudah tumpul atau tidak tajam, maka dia pasti akan mengasah parang / kapaknya sampai tajam agar dapat dengan mudah untuk memotong kayu. Sehingga tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dan tangan tidak terlalu sakit. Mengasah parang yang tumpul agar menjadi tajam pasti tidak membutuhkan waktu yang sekejap. Demikian juga halnya dengan kecerdasan manusia, tentu harus dibarengi dengan semangat belajar yang tinggi. Demikian pepatah berkata: Long life education. Belajar tidak pernah dibatasi oleh umur. Setiap hari orang yang berhikmat pasti akan belajar. Kedua: Seperti memantera ular agar tidak memagut. Bagaimana pun juga, ular tergolong kepada jenis binatang yang berbahaya, khususnya yang memiliki bisa atau racun yang mematikan. Namun walau pun demikian, ada juga ular berbisa yang dapat ditaklukkan oleh manusia. Bahkan ada orang yang mampu menangkap ular berbisa tanpa menggunakan alat bantu. Tentu seseorang berani menangkap ular berbisa karena sudah memiliki pengalaman akan dunia ular. Jika anda masih amatiran maka jangan pernah bermain-main dengan ular. Anda bisa mati digigit ular. Demikianlah gambaran orang yang berhikmat. Orang yang berhikmat tahu bahwa seseorang dapat kehilangan nyawa jika digigit oleh ular beracun. Untuk dapat menghindari resiko kematian, maka orang yang berhikmat akan belajar tentang seluk-beluk dunia ular. Agar ketika suatu saat dia berhadapan dengan ular berbisa, orang berhikmat tidak mati konyol. Pepatah yang mendukungnya adalah “sediakan payung sebelum hujan turun”. Itulah yang kita temukan dalam ayat 11 tentang kata mantera. Mantera itu bukan bersifat magis tapi lebih kepada pengetahuan akan dunia ular. Saudaraku, kita tidak dapat memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang sebab hidup kita ini memiliki resiko kedukaan atau bahkan kematian. Bahkan yang nyata kali ini adalah tidak ada di antara kita yang mampu memprediksi keganasan virus corona sebelumnya. Corona masih terus mengganas dan bahkan merenggut nyawa manusia dengan varian-varian yang baru. Kita hanya disarankan untuk menjalankan Prokes 5M + 3T. Hal itu bukan berarti bahwa kita akan terhindar dari serangan virus corona. Dokter sendiri sudah banyak yang meninggal akibat virus corona. Kita semua berpotensi terpapar virus tersebut. Namun setidaknya, orang yang berhikmat akan sedapat mungkin menghindari resiko terpapar dengan menjalankan Prokes itu. Pawang ular sendiri masih berpotensi digigit ular. Namun agar terhindar dari gigitan ular, orang yang berhikmat akan memakai pelindung tubuh. Ketiga: Tutur kata yang baik / menarik hati. Terkait dengan hal di atas, kitab Amsal pernah berkata: Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah (Amsal 15:1) dan juga kitab Kolose 4:6 Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. Orang Batak terkenal dengan tutur kata yang sopan. Terbukti ketika ada pembicaraan antara para raja adat, maka setiap orang yang ingin berbicara, pasti akan selalu diawali dengan kata “santabi”, dan kemudian dilanjutkan dengan perumpamaan. “Santabi” itu menunjukkan tanda kehormatan kepada lawan bicara. Disana kita akan mendengarkan alunan kata-kata yang menarik hati dan kita ingin selalu mendengarnya. Begitulah gambaran pembicaraan orang-orang yang berhikmat. Dia pasti akan mengeluarkan kata-kata yang sopan dan menyejukkan. Sebaliknya: bagaimanakah perkataan orang bodoh? Kotbah ini berkata: awal perkataannya adalah kebodohan dan akhir perkataannya adalah kebebalan yang mencelakakan (ay 13). Maka jika tidak hati-hati mempergunakan mulut atau perkataan, akan berpotensi berakibat yang fatal, baik bagi pendengar mau pun yang mengucapkannya. Bukankah ada pepatah yang berkata: mulutmu adalah harimaumu, atau juga pepatah lain “seperti senjata makan tuan”. Sebutan yang lain dalam kotbah ini adalah bagaikan seseorang yang tersesat dan tidak tahu jalan ke kota (ay 15b). Seseorang yang tidak berhikmat juga kelihatan dari cara berbicaranya yang terlalu banyak (ay 14a). Dia tidak mengerti makna ucapannya dan tidak mengetahui kemana arah pembicaraannya, sama seperti orang yang tersesat. Makanya orang Batak berkata: “Jolo nidilat bibir asa nidok hata”. Artinya, pikirkanlah dahulu setiap kata yang kamu ucapkan agar tidak menyakiti orang lain. Saudaraku, Pertama: Tuhan tidak pernah menciptakan manusia yang bodoh dan pemalas. Tuhan menciptakan manusia pasti disertai dengan talenta atau karisma (Secara umum 1 Korintus 12 menjabarkan bahwa Tuhan menganugerahkan karisma atau hikmat bagi setiap orang). Hanya dibutuhkan kesadaran dan keseriusan dari setiap pribadi untuk selalu belajar dan belajar. Jika tidak belajar maka sama halnya seperti besi yang tumpul. Tidak akan tajam jika dipergunakan memotong atau menebang pohon. Memakai besi yang tumpul hanya akan melelahkan saja. Agar tidak menjadi lelah, pakailah hikmat yaitu dengan mengasahnya hingga menjadi tajam. Jika ingin berhikmat, belajarlah selalu. Kedua: Hal yang paling utama menjadikan seseorang berhikmat adalah Firman Tuhan. Demikian Amsal 1 : 7 berkata bahwa Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Salomo menjadi orang yang paling berhikmat dari seluruh raja sebelum dan sesudahnya karena dia memperoleh didikan Firman Tuhan. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3 : 16). Ketiga: Pawang yang berhikmat adalah dia yang menyadari bahwa ular berbisa masih berpotensi membunuhnya jika diigigit. Karenanya, penting baginya untuk membentengi diri agar tidak tergigit ular berbisa tersebut. Demikian halnya orang berhikmat, bahwa dia mengetahui resiko jika asal mengeluarkan perkataan. Maka sangat penting untuk menjaga mulut dari perkataan yang tidak baik. Orang berhikmat akan selalu mengeluarkan perkataan yang tepat di waktu yang tepat pula. Dia tidak asal mengeluarkan perkataan. Maka setiap orang diharapkan mampu menjaga mulutnya agar tidak asal berbicara. Keempat: Semoga Tuhan memberkati kita semua dengan hikmat-Nya. Amin. #salam #wmhutapea

Jumat, 10 September 2021

MARKUS 8 : 31 - 38

Minggu, 12 September 2021 Markus 8 : 31 – 38 Topik: Berhikmat di dalam Yesus. . 8:31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. 8:32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. 8:33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." 8:34 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 8:35 Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. 8:36 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. 8:37 Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 8:38 Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." . . Salam sejahtera buat kita semua. Tuhan kiranya masih berkenan melindungi dan memberkati hidup kita. Saudaraku, sabda Tuhan buat kita untuk Minggu 12 September 2021, diambil dari kitab Markus 8 : 31 – 38. Kita akan “menyelami” Firman ini dan semoga kita memperoleh teladan darinya. Saudaraku, sejenak kita akan melihat ke latar belakang kotbah ini. Kabar tentang Yesus sudah meluas dimana-mana. Bahkan orang selalu mencariNya karena Yesus dapat membuat muzijat dengan menyembuhkan berbagai penyakit. Kabar itu juga didengar oleh orang Farisi, yang sejak awal tidak suka akan kehadiran Yesus. Barangkali, kotbah ini merupakan sambungan hasil pembicaraan Yesus dengan para muridNya, saat mereka sedang berjalan ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi (ay 27). Awalnya Yesus bertanya dari hal yang umum, yaitu: KATA ORANG, siapakah Aku ini? Mereka menjawab: kata orang, Engkau adalah Yohanes Pembaptis. Ada juga yang mengatakan Elia, dan seorang dari para nabi. Lantas, Yesus semakin memperkecil cakupan pertanyaanNya dengan bertanya khusus hanya kepada muridNya: MENURUT KAMU, siapakah Aku? Dan Petrus pun menjawab: Engkau adalah Mesias. Yesus pun melarang para muridNya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Saudaraku. Kini kita akan masuk ke dalam inti kotbah ini. Yesus kembali melanjutkan perkataanNya dengan menjelaskan hidupNya, missi-Nya, dan kelayakan menjadi pengikutNya. Yesus membuka kotbah ini dengan sebutan “Anak Manusia”. Ini merupakan ciri khas kitab Markus, bahwa dalam kitab ini kita sering menemukan kata “Anak Manusia”. Markus ingin menjelaskan bahwa Allah telah menjadi manusia dan ada di antara manusia. Dia tidak lagi hanya sebatas di sorga, namun sudah hadir dan menjadi manusia. Yesus dengan terang-terangan mengatakan bahwa hidupNya akan penuh dengan penderitaan. Dia akan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari (ay 31). Sangat sulit bagi Petrus menerima perkataan Yesus tersebut sebab Yesus mampu membuat muzijat, bahkan menghidupkan kembali orang mati. Kemudian, Petrus sudah mengaku bahwa Yesus adalah Mesias dan Yesus tidak menolak pengakuan tersebut. Itu sebabnya Petrus tidak menerima ucapan Yesus tentang kematianNya tersebut (ay 32b). Menurut kitab Matius, Petrus mencoba menarik Yesus ke samping dan menegur Dia dengan berkata: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau (Mat 16 : 22). Saudaraku, Para murid Yesus benar-benar tidak memahami missi Yesus di dunia ini. Bahkan Petrus dengan beraninya menegur Yesus. Petrus bertindak seperti pahlawan, Petrus bertindak seperti penyelamat Yesus, dan Petrus bertindak seperti pembela Yesus. Mengapa Petrus tidak berterima akan ucapan Yesus tersebut? Sebab Petrus sudah menyaksikan banyak Muzijat yang diperbuat Yesus, dan lagi bahwa Yesus adalah Mesias yang akan menyelamatkan bangsa Israel dari penjajahan Romawi. Jadi mereka sangat mengharapkan figure seorang pembebas atau penyelamat untuk memproklamirkan kemerdekaan. Harapan Petrus sangat besar akan hal itu dan hanya Yesus yang dapat membawa kemerdekaan. Jadi bagi Petrus sendiri, Mesias tidak mungkin menderita apalagi dibunuh. Itu makanya Yesus segera menjawab dan bahkan memarahi Petrus: Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia (ay 33). Baru saja Petrus mengaku bahwa Yesus adalah Mesias, namun tiba-tiba Petrus sudah meragukan Yesus dan berani menegur-Nya. Petrus jelas-jelas menolak kematian Yesus, pada hal ada missi penyelamatan dunia lewat kematianNya. Hal itulah yang tidak dimengerti oleh Petrus. Pikiran manusia sedapat mungkin menghindari kematian, sementara pikiran Yesus adalah bahwa Dia sebagai Anak Domba Allah akan mengalami penderitaan dan kematian guna menyelamatkan duna ini (ay 33d). Saudaraku, Guna memberikan pemahaman bagi para murid, maka Yesus mengatakan syarat menjadi muridNya yaitu menyangkal diri. Menyangkal diri adalah mematikan segala keinginan daging dan menyerahkan hidup sepenuhnya dikuasai oleh Yesus, serta siap menderita (memikul salib). Itu makanya, sebenarnya menyangkal diri sama saja dengan siap kehilangan nyawa oleh karena Kristus. Kehilangan nyawa bukanlah mati konyol. Namun lebih kepada menyadari bahwa hidup kita berasal dari Tuhan dan karenanya selama kita hidup biarlah kita menjadi pengikut Yesus untuk memberitakan Injil. Jangan sia-siakan hidupmu hanya untuk kepentingan dan kepuasan tubuh. Jika kita tidak sungguh-sungguh mengikut Yesus, itu sama saja seperti Petrus yang dikuasai oleh iblis serta menyangkal kabar kematian Mesias. Artinya mengikut Yesus, bukanlah hanya perkara di dunia ini saja, tetapi juga sangat menentukan di waktu penghakiman. Jadi tidak perlu malu karena Injil Yesus. Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus (ay 38). Saudaraku. Ada beberapa teladan yang mungkin berguna bagi kita sebagai pengikut Kristus. Pertama: Petrus adalah murid Yesus. Namun dia tidak sepenuhnya memahami missi Yesus, dan bahkan boleh dikatakan bahwa dia shock bertindak sebagai penyelamat Yesus. Mungkin juga kita harus memeriksa ulang panggilan kita masing-masing sebagai pengikut Kristus. Jangan-jangan kita masih seperti Petrus yang tidak mengerti tindakan Yesus. Atau jangan-jangan kita bertindak seakan-akan kita adalah pembela Yesus. Saudaraku, Yesus tidak perlu dibela. Petrus pun tidak punya kuasa untuk membela Yesus. Justru sebaliknya, Yesuslah yang sedang membela Petrus sertas kita semua dari tuntutan dosa dan kematian dengan mengorbankan diriNya di kayu salib. Kematian kita kini digantikan oleh kematian Yesus agar kita semua memperoleh kehidupan. Kedua: Penting bagi kita untuk bercermin dari pengorbanan Yesus. Yesus menunjukkan kasihNya dengan tidak berpura-pura. Itu semua dilakukanNya hanya oleh kasihNya (Band Yoh 3 : 16). Kita juga penting memeriksa hati kita: apakah kita sungguh-sungguh mengasihi Yesus? Jangan-jangan kita juga seperti Petrus yang masih dikuasai oleh iblis. Makanya Yesus dengan keras menghardiknya dengan berkata: Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia. Jangan-jangan kita sebagai “pengikutNya” lebih mengutamakan kesenangan dan kenyamanan diri kita sendiri ketimbang menjadi pelayan Yesus yang siap menderita. Ketiga: Kalau Yesus memberitahukan bahwa Dia akan menderita dan bangkit pada hari ketiga, agar para murid nantinya tidak kaget jika mereka melihat bahwa Yesus disiksa dan mati di kayu salib. Itu adalah juga merupakan permulaan dan sekaligus sebagai gambaran bahwa pengikut Kristus di sepanjang jaman juga akan mengalami penderitaan. Sebab akan banyak upaya dunia ini guna menolak penyebaran Injil. Bahkan nyawa adalah taruhan dalam memberitakan Firman Tuhan. Namun kotbah ini memberikan keteguhan bahwa menjadi pengikut Kristus harus siap menderita, bahkan kehilangan nyawa seperti Yesus. Namun, kebangkitanNya adalah gambaran suka cita bahwa orang percaya juga akan dibangkitkan sama seperti Yesus yang dibangkitkan. Keempat: Bahwa kematian orang percaya atau pengikut Kristus tidaklah sia-sia. Tuhan tentu sudah mempersiapkan mahkota kehidupan bagi orang yang tidak malu akan FirmanNya. Maka selagi kita masih hidup di dunia ini, jangan pernah malu akan Yesus. Sebab suatu saat hidup kita akan berakhir di dunia ini. Namun masih ada masa di mana kita semua akan dibangkitkan untuk menjalani penghakiman saat Dia datang untuk kedua kalinya. Jangan sampai Anak Manusia itu malu mengakui kita di hadapan Bapa-Nya. Maka berhikmatlah di dalam Yesus. Amin. #selamat menjalani kehidupan bersama dengan Tuhan #Walman Mulyadi Hutapea. Blogspot

Jumat, 03 September 2021

YESAYA 35 : 4 - 10

Minggu, 05 September 2021 Yesaya 35 : 4 – 10 Topik: Kuatkanlah hatimu, jangan takut. . 35:4 Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" 35:5 Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. 35:6 Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; 35:7 tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala berbaring akan tumbuh tebu dan pandan. 35:8 Di situ akan ada jalan raya, yang akan disebutkan Jalan Kudus; orang yang tidak tahir tidak akan melintasinya, dan orang-orang pandir tidak akan mengembara di atasnya. 35:9 Di situ tidak akan ada singa, binatang buas tidak akan menjalaninya dan tidak akan terdapat di sana; orang-orang yang diselamatkan akan berjalan di situ, 35:10 dan orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh kesah akan menjauh. . . Salam sejahtera bagi kita semua. Semoga Tuhan memberkati kita di mana pun berada. Kita akan menerima sabda Tuhan dari kitab Yesaya. Saudaraku Kalau kita pernah berkunjung ke penjara, kita pasti menemukan tembok yang lumayan tinggi, dan juga dilengkapi dengan kawat yang berduri. Bahkan ada juga penjara yang memiliki tembok berlapis dua agar para tahanan tidak dapat melarikan diri. Semakin kita masuk ke dalam penjara, kita menemukan lagi banyak kamar atau sel yang terbuat dari besi. Di situlah para narapidana ditempatkan jika sudah menerima vonis dari hakim. Siapa pun pasti tidak mau jika hidupnya dipenjara atau terpenjara. Penjara sudah pasti mempersempit ruang bebas kita. Sebagaimana narapidana memiliki hidup yang terpenjara, demikian juga hidup kita mungkin “terpenjara” oleh berbagai hal yang menyakitkan. Bisa saja terpenjara oleh karena kemiskinan, kebodohan, hutang, penyakit, kejahatan, dan terutama terpenjara oleh rasa takut (ay 4). Apakah yang paling dibutuhkan oleh orang yang sedang merasa ketakutan? Sebagaimana seorang narapidana sangat mengharapkan kebebasan, demikian orang takut juga sangat mengharapkan terbebas dari rasa takut. Maka penting memberikan ketenangan, semangat atau dukungan kepada orang yang takut. Demikian kita temukan dalam ayat 4 kotbah ini, bahwa Tuhan sendiri datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang untuk menyelamatkan. Saudaraku, apa yang sebenarnya terjadi dalam kotbah ini? Saat itu, sudah banyak orang yang berbuat dosa dan kejahatan. Bahkan mereka telah menyembah berhala. Para Imam di bait Allah juga sudah banyak yang berbuat jahat. Raja pun tidak lagi takut akan Tuhan. Maka Tuhan mengutus Yesaya untuk menegur bangsa Yehuda agar bertobat dan meninggalkan segala kejahatannya. Kalau tidak, maka Tuhan akan menghukum bangsa Yehuda. Dan memang karena tidak ada pertobatan, hukuman itu pun terjadi dengan mengijinkan Raja Nebukadnesar memperbudak bangsa Yehuda ke Babel. Kotbah ini merupakan jawaban Tuhan, bahwa Tuhan sendiri akan membebaskan umatNya dari tangan Nebukadnesar. Mengapa Tuhan sendiri yang datang untuk membebaskan? Karena memang manusia tidak sanggup membebaskan dirinya sendiri. Itu makanya Tuhan berkata: Kuatkanlah hati, jangan takut (ay 4a).Rrasa takut akan sangat besar mempengaruhi kejiwaan manusia. Dan manusia pasti tidak mau berlama-lama tinggal atau terpenjara di dalam rasa takut. Tidur tidak tenang, bekerja tidak maksimal, makan kurang selera dan apa pun pekerjaannya akan terganggu jika merasakan ketakutan. Karenanya, seseorang bisa menjadi putus harapan oleh karena beratnya ketakutan yang dirasakan atau dihadapi. Yesus sendiri pernah merasakan ketakutan yang luar biasa menjelang kematianNya. Saudaraku Dalam kondisi ketakutan atau tawar hati, dibutuhkan ketenangan jiwa. Maka Tuhan datang memberikan harapan, penghiburan dan keselamatan. Dapatkah hal itu terjadi dalam hidup kita? Ada dua jawaban: Pertama: Keselamatan itu tidak akan terjadi jika kita tidak mau percaya kepada Tuhan. Keselamatan itu juga tidak terjadi jika kita tidak mau datang kepadaNya. Keselamatan itu juga tidak terjadi jika kita tidak mau bertobat. Kedua: Keselamatan itu akan terjadi jika kita percaya kepada Tuhan, sebab tidak ada yang mustahil bagiNya. Apa buktinya: Ayat 5 + 6 berkata: mata orang-orang buta akan dicelikkan, telinga orang-orang tuli akan dibuka. Orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai. Apa lagi bukti yang lain? Sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah gersang menjadi sumber-sumber air. Tanaman dan berbagai pepohonan sudah pasti tidak dapat tumbuh di tanah yang gersang sebab tidak ada terdapat air. Air adalah kehidupan bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Jadi air sangat penting bagi kehidupan. Kondisi buta, tuli, lumpuh dan bisu adalah merupakan gambaran manusia yang selalu berbuat kejahatan. Karena imannya buta, tuli, lumpuh dan bisu, tentu seseorang tidak dapat berbuat baik. Atau sama seperti gambaran tanah yang gersang di mana tidak dapat ditumbuhi berbagai tanaman, demikian halnya jiwa seseorang yang gersang, tentu tidak dapat menghasilkan yang baik. Namun tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Lewat nabi Yesaya, Tuhan sedang berbicara: Kuatkanlah hatimu dan jangan takut. Tuhan adalah masa depanmu. Tuhan dapat menjadikan hidupmu sangat berharga. Tuhan bisa menjadikan imanmu melihat, Tuhan bisa menjadikan imanmu mendengar, Tuhan bisa membuat imanmu bersuka ria, dan Tuhan bisa membuat imanmu berbicara. Dengan satu syarat kalau kita menyesali segala dosa kita dan mau diselamatkan oleh Tuhan. Itu juga yang diperbuat oleh Yesus: Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang – Luk 4 : 18 – 19. Bukankah Yesus menyembuhkan yang buta, tuli, lumpuh, bisu, dan berbagai penyakit yang lain? Dan puncaknya adalah ketika Yesus membebaskan manusia di kayu salib dari penjara ketakutan oleh kuasa dosa. Semuanya sudah dilunasi dengan darahNya. Dengan demikian, keselamatan telah menjadi milik kita oleh karena anugerahNya. Bagaikan penyakit yang sudah disembuhkan, dan juga seperti tanah yang gersang menjadi subur, demikian kasih Tuhan kepada manusia, makanya Dia berkata: Kuatkan hatimu dan jangan takut. Sekali lagi, mengapa Tuhan berbuat demikian? Karena kasihNya begitu besar kepada dunia ini (Yoh 3 : 16). KasihNya begitu besar kapada saya, anda dan kita. Kalau kasihNya sudah ada bagi kita, maka masih adakah keraguan dalam hati kita masing-masing? KasihNya itulah yang membebaskan kita dari rasa takut, hingga menjadikan kita bersuka cita. Saudaraku Demikianlah kita temukan suka cita di dalam Yesus, bahwa hidup kita telah diselamatkan. Karenanya, kita layak untuk bersuka cita. Di dalam Yesus, pendamaian telah dianugerahkan. Manusia memiliki jalan untuk kembali kepada Tuhan, yaitu Jalan Kudus. Bukankah Yesus telah berkata: Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak ada yang sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku (Yoh 14 : 6). Hanya orang yang bertobat dan percaya kepada Yesus sajalah yang diijinkan berjalan di Jalan Kudus tersebut (ay 8). Manusia yang jahat digambarkan seperti singa dan binatang buas yang selalu mencabik mangsanya untuk dimakan. Demikian gambaran manusia yang jahat, tidak diijinkan berjalan di Jalan Kudus itu, sebab Tuhan sendiri akan menjalankan hukum dan kebenaran. Ketika hukum Tuhan saja yang berlaku maka manusia akan merasakan suka cita sebab sudah terbebas dari rasa takut. Saudaraku, ada beberapa teladan yang kita syukuri dalam kotbah ini: Pertama: Banyak hal yang dapat membuat hidup manusia seperti terpejara. Bisa saja terpenjara oleh karena kemiskinan, penyakit, hutang, dan sebagainya, hingga membuat kita menjadi tawar hati. Tentu manusia akan sulit untuk membebaskan diri dari segala hal yang mengikatnya karena sudah tawar hati. Saudaraku, boleh saja ada pergumulan kita masing-masing. Namun kotbah ini berkata: Ada Tuhan yang selalu mendengar doa kita. Dan kini Tuhan memberikan jawaban dengan berkata: jangan tawar hati, jangan takut. Tuhan akan menolongmu. Tuhan akan menyelamatkanmu. Kedua: Percayalah bahwa Tuhan sanggup mengubah hidupmu. Mungkinkah itu? Sangat mungkin, sebab kita menemukan dalam kotbah ini bahwa: yang buta dapat melihat, yang tuli dapat mendengar, yang lumpuh dapat berjalan, yang kelu dapat berbicara. Tanah gersang menjadi subur, dan sekaligus menjadi sumber air. Siapakahh yang sanggup menjadikan hal yang seperti itu? Hanya Tuhan saja. Tuhan kita dapat mengubah hati yang luka dan remuk menjadi bersuka cita. Di dalam Tuhan, kita akan menemukan suka cita (ay 10). Bukankah Yesus pernah berkata: Aku datang untuk menyampaikan kabar suka cita, kesembuhan, pembebasan dan tahun rahmat Tuhan. Di sisi lain Yesus juga berkata: Akulah air kehidupan. Maka dari itu, berilah hidupmu diubah oleh Yesus. Ketiga: Dapatkah kita merasakan suka cita itu? Tentu dapat. Hanya jika kita mau bertobat dan kembali kepadaNya. Kepada kita telah disediakan suatu Jalan Kudus yaitu Yesus Kristus. Kita hanya akan menemukan kedamaian di Jalan itu, sebab perilaku manusia yang seperti singa dan binatang buas tidak ada dan tidak diijinkan berjalan di Jalan Kudus itu. JALAN itu adalah jalan kebebasan bagi kita. Dan kita akan pulang ke Sion dengan bersuka cita melalui Jalan Kudus itu. Mari, kita pulang kepadaNya, sebab Dia dapat mengubah hati yang tawar menjadi hati yang bersuka cita. Keempat: Sekarang ini, tentu kita masih bersama-sama menghadapi ganasnya pandemic corona. Seluruh sisi kehidupan kita kita dihantam oleh virus ini. kini pola hidup kita sudah berubah sembari kita juga masih terus kawatir. Sudah banyak yang menjadi korban meninggal akibat keganasan virus ini. Kotbah ini berkata: Yakinlah bahwa suatu saat kita akan menerima suka cita dari Tuhan. Jangan tawar hati. Mari saling membantu, saling mendoakan, sekaligus mentaati protokol kesehatan. Tuhan pasti dapat mengakhiri pandemic ini. Hanya dibutuhkan kedisiplinan kita. Paling tidak, kita disiplin berdoa kepadaNya. Semoga Tuhan memberkati kita semua. Amin. #salam #Walman M Hutapea_blogspot

Senin, 23 Agustus 2021

MARKUS 7 : 17 - 23

Kotbah Minggu, 29 Agustus 2021 Markus 7 : 17 – 23 Topik: Tuhan mengetahui isi hatimu. . 7:17 Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. 7:18 Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, 7:19 karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. 7:20 Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, 7:21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, 7:22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. 7:23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." . . Saudaraku, Dilatar-belakangi oleh “perseteruan” antara Yesus dengan orang Farisi serta para ahli taurat, tentang hal najis dan tidak najis. Baiklah kita sederhanakan bahasa ini, yaitu tentang hidup kudus dan tidak kudus. Memang benar, di dalam Perjanjian Lama kususnya kelima kitab Musa, atau yang biasa disebut dengan taurat, ada terdapat aturan tentang hidup najis dan tidak najis. Diharapkan agar bangsa Israel hidup dengan teratur di tanah Kanaan jika mereka sudah memasukinya. Sesudah mereka tinggal di Kanaan, maka para ahli taurat serta Farisi membuat berbagai aturan tambahan di luar taurat, yang disebut dengan Halakha (yaitu aturan-aturan mengenai praktek hidup setiap hari). Salah satunya adalah perihal najis dan tidak najis jika makan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan. Aturan ini terus-menerus mereka gadang-gadang untuk dijalankan, hingga terkadang nilainya lebih tinggi dari hukum taurat itu sendiri. Dari berbagai tafsiran, barangkali posisi Yesus ada di Kapernaum saat Ia “masuk ke sebuah rumah”. Yesus sendiri jarang tinggal di Yerusalem. Biasanya Yerusalem adalah tempat tinggal para ahli taurat dan Farisi karena dekat dengan Bait Allah. Kemudian orang Farisi dan ahli taurat datang dari Yerusalem untuk menemui Yesus (ay 1). Entah apa tujuan mereka jauh-jauh datang dari Yerusalem ingin bertemu dengan Yesus. Tapi pertemuan itu kini menghasilkan perdebatan. Yang satu berkata bahwa seseorang akan najis karena makan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan. Lantas Yesus pun mengkritisi pernyataan itu. Memang benar, bahwa lebih baik mencuci tangan terlebih dahulu jika ingin makan. Tapi kebaikan itu mungkin hanya sebatas dari sudut pandang etika dan kesehatan. Seseorang yang makan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan, dapat mengakibatkan kuman yang ada di tangan ikut termakan dan mungkin dapat mengakibatkan sakit perut atau diare. Para ahli taurat dan Farisi mengklaim bahwa murid-murid Yesus sudah pasti najis karena mereka makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Makanan itu juga sudah najis karena dipegang oleh tangan yang najis. Inilah yang dikritik oleh Yesus dengan berkata: Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." Memang Yesus tidak memberikan rincian kepada para ahli taurat tersebut sebab demikianlah kita menemukannya dalam kitab Markus ini. Hingga Yesus segera menyingkir dan masuk ke dalam sebuah rumah. Entah mengapa, mungkin para murid menjadi penasaran oleh karena perdebatan itu sehingga mereka bertanya kepada Yesus. Namun Yesus malah balik bertanya kepada para muridNya: Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya (ay 18)? Lantas Yesus pun mengulang dan memperjelas makna percakapannya dengan para ahli taurat serta Farisi. Kira-kira demikianlah (mungkin) penjelasan Yesus: Tangan yang tidak dicuci, tidak serta merta menajiskan seseorang, sekaligus tidak juga menajiskan makanan yang disentuh. Hal najis dan tidak najis adalah perkara hati, bukan perkara perut. Makanan itu hanya masuk ke dalam perut dan bukan ke dalam hati. Makanan itu kemudian akan diolah di dalam perut dan sisa makanan itu akan keluar sebagai kotoran dan dibuang di jamban. Tidak ada hubungannya dengan najis dan tidak najis. Maka yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat menajiskan tubuh. Yang menajiskan tubuh adalah apa yang keluar dari dalam hati (ay 20+23), yaitu: pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan (ay 21-22). Perilaku jahat manusialah yang menjadikan manusia itu menjadi najis sebab itu semua berasal dari hati. Hatilah yang mengeluarkan perilaku jahat itu, bukan perut. Perut hanya mengolah makanan. Tetapi kotoran yang sesungguhnya adalah apa yang dikeluarkan oleh hati yaitu berbagai kejahatan (ay 21-22). Itulah yang menjadikan manusia menjadi najis. Saudaraku, Ada beberapa teladan yang kita temukan dari kotbah ini: Pertama: Memang dari segi kesehatan, adalah baik jika kita makan dengan terlebih dahulu mencuci tangan. Apalagi sekarang ini dunia sedang dilanda pandemic. Salah satu protokol kesehatan yang harus kita jalankan adalah sesering mungkin harus mencuci tangan agar kuman atau virus tidak masuk ke dalam tubuh. Seseorang dapat terserang penyakit jika makan tanpa mencuci tangan, seperti diare serta thypus. Tentu kita tidak menginginkan penyakit menyerang tubuh kita. Maka penting bagi kita untuk selalu menjaga kebersihan tubuh. Kedua: Anggapan para ahli taurat dan Farisi yang mengatakan bahwa: Seseorang akan najis jika makan dengan tangan yang tidak dicuci. Pun makanan yang disentuh itu juga sudah najis. Perkataan itu kini dikritik Yesus, bahwa makan dengan tangan yang tidak dicuci, tidak menajiskan tubuh. Makanan itu pun juga tidak najis. Sebab makanan hanya masuk ke dalam perut. Setiap yang masuk ke dalam perut, tidak dapat menajiskan manusia. Sekali lagi, yang masuk ke dalam perut, tidak dapat menajiskan manusia. Urusan perut jangan disamakan dengan urusan hati. Atau sebaliknya, dengan mencuci tangan pun tidak serta merta mampu menguduskan hidup manusia. Pun makanan tidak dapat menguduskan hidup manusia. Satu-satunya yang dapat menguduskan hidup manusia adalah darah Kristus. Kristus saja yang berkuasa menguduskan manusia. Itulah panggilan kudus bagi kita (Bnd: 2 Tim 1 : 9). Percaya atas pengorbanan Yesus yang telah membebaskan dan menguduskan kita dari dosa. Bukan makanan atau dengan mencuci tangan. Maka hiduplah sesuai panggilan Tuhan atas hidup kita sebab kita sudah dikuduskanNya. Ketiga: Yang menajiskan seseorang adalah apa yang bersumber dari dalam hatinya, dan muncul lewat perilaku, yaitu kejahatan. Antara lain adalah: pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Bukanah semua perbuatan-perbuatan ini yang menjadikan manusia tidak kudus? Keempat: Topik Minggu “Tuhan mengetahui isi hatimu”. Tentu Yesus mengetahui isi hati para ahli Taurat serta Farisi. Masakan mereka mau datang jauh-jauh dari Yerusalem ingin bertemu dengan Yesus? Niat mereka adalah ingin membunuh Yesus dengan cara terlebih dahulu menjebakNya lewat perilaku murid-muridNya yang dihubungkan dengan “adat” mencuci tangan. Perdebatan itu hanyalah “manuver” guna memuluskan rencana mereka agar Yesus segera ditangkap dan diadili. Itulah isi hati mereka dan itu juga yang menajiskan mereka. Tanpa sadar, mereka datang dan bertindak sebagai orang yang najis, namun merasa diri tidak najis. Bukankah kita banyak yang seperti itu? Merasa diri paling kudus dari pada orang lain. Tuhan tentu mengetahui apa isi hati kita. Kotbah ini menusuk tajam dan membedah isi hati kita, bahwa seseorang adalah apa yang ada di dalam hatinya. Entah niat kita jahat atau baik, tentu Tuhan mengetahuinya. Amin. Semoga Tuhan memberkati kita. #salam Walman Mulyadi Hutapea Blogspot

Sabtu, 21 Agustus 2021

MAZMUR 34 : 12 - 18

Kotbah Minggu, 22 Agustus 2021 Mazmur 34 : 12 – 18 Topik: Orang benar di mata Tuhan . 34:12 Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu! 34:13 Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik? 34:14 Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; 34:15 jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya! 34:16 Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; 34:17 wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. 34:18 Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. . . Saudaraku Selamat berjumpa kembali, dan kiranya Tuhan selalu memberkati kita. Di dalam Alkitab, kita menemukan setidaknya 55 kata “takut akan Tuhan”. Dari berbagai kitab yang menyuarakan “takut akan Tuhan” nampaknya kitab Mazmur dan Amsal adalah yang lebih banyak menyuarakannya. Bahkan karena pentingnya hidup “takut akan Tuhan”, kitab Amsal menuliskannya di bagian pembuka kitabnya. Seberapa besarkah pengaruh kata “takut akan Tuhan” bagi hidup manusia, tentu orang yang menyuarakannya sudah mengalami dan bahkan menyaksikannya, hingga mengajak orang lain untuk juga “takut akan Tuhan”. Kata “takut akan Tuhan” bukan berarti sembunyi, gemetaran, menangis atau sejenisnya yang memiliki unsur fobia. Takut akan Tuhan adalah merupakan sikap hormat manusia karena Tuhan merupakan sumber kehidupan, kebaikan dan anugerah. Itu terbukti dalam hidup Daud sendiri, makanya dia mampu bersaksi atas kebaikan Tuhan tersebut. Dari garis keturunan, Daud sudah pasti tidak mungkin menjadi raja atas Israel, sebab dia berasal dari keluarga penggembala domba. Namun kenyataannya, Tuhan mengangkat Daud menjadi raja dan tidak ada manusia yang dapat menggagalkan pengukuhan tersebut. Sebelumnya Daud juga banyak mengalami bahaya ketika dia menggembalakan ternak orang tuanya, dan juga ketika dia memimpin setiap peperangan, namun Tuhan selalu melindunginya. Dari kisah singkat di atas, Daud bersaksi dan sekaligus juga mengajak kita agar memiliki hidup “takut akan Tuhan”. Saudaraku, Seperti seorang ayah yang diperhadapkan dengan anak-anaknya, demikianlah Daud sebagai raja mengajak setiap warganya agar takut akan Tuhan, supaya bangsa itu menikmati kebaikan (ay 13). Daud tidak menikmati sendiri kebaikan itu, tapi dia ikut mengajak orang lain agar sama-sama menikmati kebaikan dari Tuhan. Apa sajakah sifat dari orang yang takut akan Tuhan? 1. Menjaga lidah dan bibir agar tidak mengucapkan perkataan yang menipu. Ada banyak orang yang menjadi korban oleh karena ucapan penipuan. Tuhan menciptakan mulut manusia agar kiranya selalu mengucapkan kata-kata yang baik, tidak menghujat, tidak berbohong, atau menghasut. Demikian juga Paulus mengingatkan agar perkataan kita hendaknya selalu penuh kasih (Kolose 4 : 6). 2. Menjauhi kejahatan dan mencari kedamaian. Sejenak kita akan “meluncur” dulu ke zaman penciptaan Adam dan Hawa. Betapa setiap orang sangat mendambakan kedamaian dan kebahagiaan ada dalam hidupnya. “Mungkin” tidak ada di antara kita yang mengharapkan terjadi keributan, kejahatan, perselisihan, atau peperangan. Kita coba melihat manusia yang pertama Adam dan Hawa. Mereka ditempatkan di taman Firdaus, tempat yang penuh dengan kedamaian dan kesejahteraan. Walau mereka berdua tidak berpakaian sama sekali, tapi mereka merasa damai karena memang kekudusan Allah masih melingkupi mereka. Mereka tidak kedinginan dan tidak kelaparan sebab mereka hanya tinggal mengambil saja dari taman itu. Allah menyediakan apa saja yang mereka butuhkan. Itulah nikmatnya kalau hidup bersama dengan TUHAN. Hidup yang penuh dengan kedamaian. Sepanjang hari mereka tersenyum bahagia dan hidup penuh dengan kemesraan. Saling berpegangan tangan sambil berkeliling menikmati keindahan taman Eden. Mereka berdua hidup bagai pasangan sumpit. Kemana pun Adam berjalan, maka Hawa pasti ada di sampingnya. Sekarang, kita lihat lagi ketika mereka hidup di luar kendali Tuhan, sesudah jatuh ke dalam dosa. Apa yang terjadi? Mereka panik, Mereka sembunyi, Mereka malu, Mereka kacau, sebab ketika mata mereka terbuka, mereka menyadari kalau mereka “telanjang”, dan mereka kini hidup di bawah kendali iblis atau dosa. Akibatnya hilanglah kedamaian dan kejahatan pun tumbuh subur, hingga berakibat buruk sampai pada detik ini. Makanya dikatakan “jauhilah kejahatan” karena memang kejahatan itu sangat dekat dengan kita, hingga kita sangat mungkin berpotensi untuk berbuat jahat. Mengapa harus menjauhi kejahatan? Kita akan kembali melihat Adam dan Hawa. Ketika mereka melakukan yang jahat, maka reaksi pertama yang terjadi adalah mata mereka menjadi terbuka, dan mengetahui bahwa mereka telanjang, hingga mereka menjadi MALU. Demikian juga Firman ini menyapa kita saat ini agar menjauhi yang jahat supaya kita tidak MALU seperti Adam dan Hawa, tapi berbuat baiklah dan carilah kedamaian. Sebab orang-orang yang memiliki hati yang damai, bagaimana pun keadaannnya, ia akan ingat untuk selalu bersyukur kepada Tuhan. Walau hidupnya penuh dengan penderitaan, ia akan jalani hidup ini dengan keyakinan yang pasti bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah. Sebab orang percaya mengerti ketika mereka berseru kepada Tuhan, maka Tuhan pasti mendengarkan seruan mereka dan melepaskan dari segala kesesakannya. Sekali lagi melepaskannya dari segala kesesakannya. (Ay. 18). Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar. Banyak orang yang mau berpihak hanya kepada yang kuat dan kaya, daripada kepada orang-orang yang benar dan lemah, karena berharap akan memperoleh keuntungan atau sedikitnya bisa aman. Tapi Tuhan tidak pernah berkompromi dengan yang jahat atau kejahatan, sebab renungan ini jelas menjawab kalau Tuhan pasti melenyapkannya (ay. 17), dan kemalangan itu sendiri akan mematikannya (ay.22). Bagaimana pun kuatnya kuasa kejahatan, bagi Tuhan itu semuanya hanyalah debu tanah, yang bisa dengan sekejap terbang tak berbekas. Saudaraku, ada beberapa teladan dalam kotbah ini: Pertama: Sebagaimana Daud telah merasakan banyak anugerah oleh karena takut akan Tuhan, dia juga mengajak kita agar hidup oleh karena “takut akan Tuhan”. Hidup kita tentu berasal dari Tuhan, dan tentunya kita pun diajak untuk menghormati Tuhan si pemberi kehidupan. Maka jangan pernah putus hubungan dengan Tuhan. Diajak untuk mengajak. Dibebaskan untuk membebaskan. Diberkati untuk menjadi berkat. Kedua: “Takut akan Tuhan” mengajar kita agar hidup dengan benar. Hidup dengan benar sangat jelas dituliskan dalam kotbah ini yaitu menjaga mulut (perkataan), menjaga tubuh (menjauhi perilaku jahat), dan mencintai kedamaian. Ada banyak orang yang terbunuh oleh karena perkataan kita bisa saja mengandung hasutan, fitnah dan kebohongan. Maka baiklah mulut kita hanya digunakan untuk memuji Tuhan dan berkata dengan sopan. Ketiga: Orang benar bukan berarti tanpa penderitaan. Orang benar juga akan menderita karena akan ada banyak orang jahat yang akan melawannya. Namun kotbah ini berkata bahwa seruan orang benar akan didengar Tuhan, dan Tuhan akan membebaskannya. Bahkan Tuhan sendiri akan menentang orang yang berbuat jahat tersebut. Tuhan tidak tuli. Tuhan juga tidak tidur. Tuhan pasti mendengar dan membebaskan orang benar (topik Minggu). Semoga Tuhan memberkati kita. Amin. #salam #wmhutapea #walman_mulyadi_hutapea.blogspot

Jumat, 13 Agustus 2021

Yohanes 8 : 30 - 36

 

Kotbah Minggu 15 Agustus 2021

Yohanes 8 : 30 – 36

Topik: Allah yang memerdekakan.

.

8:30 Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.

8:31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku

8:32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

8:33 Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?"

8:34 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.

8:35 Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.

8:36 Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."

.

.

Salam sejatera bagi kita semua yang dikasihi Tuhan Yesus.

Jaga jarak, cuci tangan, pakai masker, hindari kerumunan dan berdoa agar kita semuanya dalam keadaan sehat.

 

Saudaraku

Tuhan setiap saat menyapa kita dengan sabdaNya, kiranya iman kita teguh dan yakin akan pertolongan Tuhan, walau kita semua sedang berjuang untuk bersama-sama keluar dari masa sulit oleh karena pandemic. Saya juga ucapkan turut berduka cita jika ada di antara keluarga kita yang meninggal oleh karena covid. Bagi yang masih menjalani perawatan di Rumah Sakit dan di rumah sendiri, kiranya kesehatannya Tuhan pulihkan. Amin.

 

Saudaraku,

Hari ini, kita sudah memasuki masa akhir pekan, dan tentunya besok Minggu 15/08/2021, kita akan mendengarkan sabda Tuhan di gereja. Untuk itu, saya mencoba membagikan tulisan kotbah yang kurang berguna ini, sebagai “suguhan” awal sebelum kita memasuki ibadah Minggu besok. Tentu masih jauh dari apa yang diharapkan, namun kiranya dapat berguna untuk kita semua.

 

Saudaraku,

Ada perbedaan kitab Yohanes dengan ketiga kitab Injil lainnya. Kitab ini dituliskan untuk melawan aliran Gnostisisme yang sudah berkembang saat itu. Aliran ini mengutamakan logika berpikir dan menolak ketuhanan Yesus. Itu makanya, kitab ini tidak dibuka dengan pemberitaan tentang garis keturunan atau silsilah Yesus, sebagaimana yang tertera dalam ketiga Injil lainnya. Yang diutamakan kitab Yohanes adalah pemberitaan bahwa Yesus adalah Firman Allah yang menjelma menjadi manusia (Yoh 1 : 1 – 4, & 14).

 

Saudaraku

Ketika Yesus berbicara atau berkotbah, akan ada orang yang percaya dan sekaligus menyangkalNya. Akan ada juga orang yang mengikutiNya untuk alasan masing-masing. Entah itu sekadar untuk melihat Yesus, melihat muzijat atau mengintip kesalahanNya untuk ditangkap dan dibunuh. Sikap kita zaman sekarang ini juga begitu. Belum tentu kita benar-benar percaya dan mengasihi Yesus.

 

Kotbah ini diawali dengan kalimat: ketika Yesus berbicara, maka banyaklah orang yang menjadi percaya. Namun Yesus mengingatkan kembali, bahwa: jika ingin benar-benar menjadi murid Yesus, maka seseorang harus tetap di dalam Firman Tuhan (ay 31). Menetap artinya hidup oleh karena FirmanNya saja. Dibutuhkan kehati-hatian untuk memahami perkataan ini. Kita harus kembali kepada pasal pembuka kitab Yohanes ini.

 

Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah (1 : 1), dan Firman itu menjadi manusia (1 : 14), yaitu Yesus.  Yesus adalah wujud Allah yang tinggal bersama dan di tengah-tengah manusia. Itu makanya Yesus sering berkata Aku adalah jalan, kebenaran, kehidupan, pintu, gembala dll. Dalam istilah Yunani disebut “Ego Eimi”. Maka setiap orang yang menjadi murid Yesus, harus benar-benar tetap dalam FirmanNya. Setiap perkataan yang diucapkan Yesus adalah pesan dari Bapa yang mengutusNya. Allah menganugerahkan keselamatan lewat Yesus. Yang percaya kepada Yesus sebagai kebenaran, dan menerima serta menetap di dalam FirmanNya, dialah yang layak menjadi murid Yesus, dan dia jugalah yang akan menerima keselamatan.

 

Perdebatan saat itu adalah bahwa bangsa Yahudi sudah merasa merdeka sebab mereka adalah keturunan Abraham (ay 33). Namun Yesus tiba-tiba berkata: kebenaran itu akan memerdekakan kamu (ay 32). Inilah salah satu alasan mengapa kaum Farisi dan Ahli Taurat berupaya sekuat mungkin untuk menyalibkan Yesus. Mereka menuduh bahwa Yesus telah menghujat Allah. Ini merupakan penghinaan. Bagaimana mungkin Yesus dapat membebaskan bangsa kami pada hal bangsa kami tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Itulah perlawanan mereka kepada Yesus.

 

Saudaraku, ini merupakan sikap sombong dan arogan. Bukankah saat itu juga bangsa Israel sedang dijajah oleh Romawi? Mereka tidak mengaku dan tidak sadar bahwa saat itu juga mereka sedang dijajah. Mereka memelihara sikap sombong karena mereka adalah keturunan Abraham. Mungkin sikap kita saat ini juga seperti itu. Kita merasa bahwa kita tidak sedang dijajah, pada hal nyata-nyata kita sedang menderita oleh kareja terjajah. Banyak hal dalam bentuk yang berbeda sedang menjajah kita.

 

Kemudian Yesus pun menjawab: setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.

Inilah kenyataan bahwa bangsa Israel telah menyombongkan status sebagai keturunan Abraham. Mereka menyamakan diri dengan Abraham. Mereka merasa bahwa mereka sudah merdeka oleh karena mereka adalah keturunan Abraham. Justru sikap seperti itu telah menunjukkan sikap arogan dan sombong, yang merupakan buah dosa dan kejahatan, hingga mereka berencana menangkap dan membunuh Yesus. Bukankah sikap seperti itu telah menunjukkan bahwa mereka adalah hamba dosa? Merasa tidak diperhamba dosa namun kenyataannya adalah hamba dosa. Orang yang sudah diperhamba maka akan sulit baginya untuk membebaskan diri dari perhambaan itu. Makanya Yesus datang membebaskan manusia dari perhambaan dosa, dengan memberikan diri disalibkan, agar manusia benar-benar merdeka.

 

Yesus menggambarkan perbedaan anak kandung dengan hamba (ay 35 – 36): bahwa anak akan tetap tinggal di rumah sementara hamba tidak. Walau pun mereka boleh tinggal bersama (anak dan hamba), namun anak kandunglah yang berhak dan menetap di dalamnya. Hamba bisa saja diusir dengan tiba-tiba oleh anak kandung tersebut. Demikian juga dengan Yesus, bahwa sebagai Anak Allah, Dia berkuasa membebaskan manusia dari perbudakan dosa. Bukan hanya sebatas merdeka, namun benar-benar merdeka dan memperoleh kehidupan.

 

Saudaraku,

Ada beberapa teladan yang kita temukan dalam kotbah ini:

Pertama: Yesus adalah kepastian atas keselamatan manusia dari perbudakan dosa. Oleh sebab itu, setiap orang yang tinggal di dalam Firman atau Yesus, maka tidak akan diperhamba dosa. Orang yang percaya kepada Yesus telah memperoleh keselamatan dan anugerah. Bukan berarti tidak ada lagi pergumulan hidup, namun anugerah terbesar adalah dosa tidak lagi memperhamba manusia yang percaya kepada Yesus. Setiap orang percaya akan dikuatkan oleh Firman Tuhan sebab Yesus adalah penolongnya.

 

Kedua: Status sebagai keturunan Abraham tidak serta merta memerdekakan bangsa Israel dari perbudakan dosa. Meyombongkan status hanya akan membawa manusia semakin diperhamba oleh dosa. Demikian juga dengan kita, bahwa menyombongkan status kita sebagai seorang Kristen tidak serta merta membawa kita kepada kemerdekaan. Justru Yesus akan menghardik kita jika kita selalu menyombongkan status. Inilah yang disebut dengan kesombongan rohani. Untuk apa memiliki status Kristen jika pola hidup kita tidak mencerminkan bahwa kita adalah pengikut Kristus?

 

Ketiga: Menjadi murid Yesus tentu memiliki syarat. Syarat utama adalah mencintai Firman Tuhan. Tanpa Firman Tuhan maka kita hanya akan disebut sebagai hamba dosa. Agar kita disebut sebagai anak dan tinggal menetap di dalam rumah, maka Yesus membawa tebusan kepada kita yang sudah diperhamba dosa, agar kita memperoleh keselamatan dan kemerdekaan, hingga kita diangkatNya menjadi anak-Nya. Sekali menjadi anak, maka teruslah menjadi anak Tuhan. Jangan lagi mau diperbudak dosa. Sekali merdeka, tetap merdeka. Itulah Allah di dalam Yesus, yang telah memerdekakan kita.

 

Keempat: jika sudah dimerdekakan, maka tugas kita adalah membawa kemerdekaan itu kepada umat manusia. Jangan sombong jika kita sudah merdeka, namun tetaplah mensyukurinya karena itu adalah anugerah Tuhan yang terbesar. Dan lagi, jika sudah dimerdekakan, jangan memperhamba orang lain. Terlebih saat ini kita sedang berjuang melawan pandemic, mari kita saling memnolong dan mendoakan, agar kita sama-sama merdeka dari ancaman pandemic ini. tuhan kiranya memberkati kita semua, amin.

 

#salam

#wmhutapea