Senin, 23 Agustus 2021

MARKUS 7 : 17 - 23

Kotbah Minggu, 29 Agustus 2021 Markus 7 : 17 – 23 Topik: Tuhan mengetahui isi hatimu. . 7:17 Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. 7:18 Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, 7:19 karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. 7:20 Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, 7:21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, 7:22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. 7:23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." . . Saudaraku, Dilatar-belakangi oleh “perseteruan” antara Yesus dengan orang Farisi serta para ahli taurat, tentang hal najis dan tidak najis. Baiklah kita sederhanakan bahasa ini, yaitu tentang hidup kudus dan tidak kudus. Memang benar, di dalam Perjanjian Lama kususnya kelima kitab Musa, atau yang biasa disebut dengan taurat, ada terdapat aturan tentang hidup najis dan tidak najis. Diharapkan agar bangsa Israel hidup dengan teratur di tanah Kanaan jika mereka sudah memasukinya. Sesudah mereka tinggal di Kanaan, maka para ahli taurat serta Farisi membuat berbagai aturan tambahan di luar taurat, yang disebut dengan Halakha (yaitu aturan-aturan mengenai praktek hidup setiap hari). Salah satunya adalah perihal najis dan tidak najis jika makan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan. Aturan ini terus-menerus mereka gadang-gadang untuk dijalankan, hingga terkadang nilainya lebih tinggi dari hukum taurat itu sendiri. Dari berbagai tafsiran, barangkali posisi Yesus ada di Kapernaum saat Ia “masuk ke sebuah rumah”. Yesus sendiri jarang tinggal di Yerusalem. Biasanya Yerusalem adalah tempat tinggal para ahli taurat dan Farisi karena dekat dengan Bait Allah. Kemudian orang Farisi dan ahli taurat datang dari Yerusalem untuk menemui Yesus (ay 1). Entah apa tujuan mereka jauh-jauh datang dari Yerusalem ingin bertemu dengan Yesus. Tapi pertemuan itu kini menghasilkan perdebatan. Yang satu berkata bahwa seseorang akan najis karena makan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan. Lantas Yesus pun mengkritisi pernyataan itu. Memang benar, bahwa lebih baik mencuci tangan terlebih dahulu jika ingin makan. Tapi kebaikan itu mungkin hanya sebatas dari sudut pandang etika dan kesehatan. Seseorang yang makan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan, dapat mengakibatkan kuman yang ada di tangan ikut termakan dan mungkin dapat mengakibatkan sakit perut atau diare. Para ahli taurat dan Farisi mengklaim bahwa murid-murid Yesus sudah pasti najis karena mereka makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Makanan itu juga sudah najis karena dipegang oleh tangan yang najis. Inilah yang dikritik oleh Yesus dengan berkata: Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." Memang Yesus tidak memberikan rincian kepada para ahli taurat tersebut sebab demikianlah kita menemukannya dalam kitab Markus ini. Hingga Yesus segera menyingkir dan masuk ke dalam sebuah rumah. Entah mengapa, mungkin para murid menjadi penasaran oleh karena perdebatan itu sehingga mereka bertanya kepada Yesus. Namun Yesus malah balik bertanya kepada para muridNya: Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya (ay 18)? Lantas Yesus pun mengulang dan memperjelas makna percakapannya dengan para ahli taurat serta Farisi. Kira-kira demikianlah (mungkin) penjelasan Yesus: Tangan yang tidak dicuci, tidak serta merta menajiskan seseorang, sekaligus tidak juga menajiskan makanan yang disentuh. Hal najis dan tidak najis adalah perkara hati, bukan perkara perut. Makanan itu hanya masuk ke dalam perut dan bukan ke dalam hati. Makanan itu kemudian akan diolah di dalam perut dan sisa makanan itu akan keluar sebagai kotoran dan dibuang di jamban. Tidak ada hubungannya dengan najis dan tidak najis. Maka yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat menajiskan tubuh. Yang menajiskan tubuh adalah apa yang keluar dari dalam hati (ay 20+23), yaitu: pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan (ay 21-22). Perilaku jahat manusialah yang menjadikan manusia itu menjadi najis sebab itu semua berasal dari hati. Hatilah yang mengeluarkan perilaku jahat itu, bukan perut. Perut hanya mengolah makanan. Tetapi kotoran yang sesungguhnya adalah apa yang dikeluarkan oleh hati yaitu berbagai kejahatan (ay 21-22). Itulah yang menjadikan manusia menjadi najis. Saudaraku, Ada beberapa teladan yang kita temukan dari kotbah ini: Pertama: Memang dari segi kesehatan, adalah baik jika kita makan dengan terlebih dahulu mencuci tangan. Apalagi sekarang ini dunia sedang dilanda pandemic. Salah satu protokol kesehatan yang harus kita jalankan adalah sesering mungkin harus mencuci tangan agar kuman atau virus tidak masuk ke dalam tubuh. Seseorang dapat terserang penyakit jika makan tanpa mencuci tangan, seperti diare serta thypus. Tentu kita tidak menginginkan penyakit menyerang tubuh kita. Maka penting bagi kita untuk selalu menjaga kebersihan tubuh. Kedua: Anggapan para ahli taurat dan Farisi yang mengatakan bahwa: Seseorang akan najis jika makan dengan tangan yang tidak dicuci. Pun makanan yang disentuh itu juga sudah najis. Perkataan itu kini dikritik Yesus, bahwa makan dengan tangan yang tidak dicuci, tidak menajiskan tubuh. Makanan itu pun juga tidak najis. Sebab makanan hanya masuk ke dalam perut. Setiap yang masuk ke dalam perut, tidak dapat menajiskan manusia. Sekali lagi, yang masuk ke dalam perut, tidak dapat menajiskan manusia. Urusan perut jangan disamakan dengan urusan hati. Atau sebaliknya, dengan mencuci tangan pun tidak serta merta mampu menguduskan hidup manusia. Pun makanan tidak dapat menguduskan hidup manusia. Satu-satunya yang dapat menguduskan hidup manusia adalah darah Kristus. Kristus saja yang berkuasa menguduskan manusia. Itulah panggilan kudus bagi kita (Bnd: 2 Tim 1 : 9). Percaya atas pengorbanan Yesus yang telah membebaskan dan menguduskan kita dari dosa. Bukan makanan atau dengan mencuci tangan. Maka hiduplah sesuai panggilan Tuhan atas hidup kita sebab kita sudah dikuduskanNya. Ketiga: Yang menajiskan seseorang adalah apa yang bersumber dari dalam hatinya, dan muncul lewat perilaku, yaitu kejahatan. Antara lain adalah: pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Bukanah semua perbuatan-perbuatan ini yang menjadikan manusia tidak kudus? Keempat: Topik Minggu “Tuhan mengetahui isi hatimu”. Tentu Yesus mengetahui isi hati para ahli Taurat serta Farisi. Masakan mereka mau datang jauh-jauh dari Yerusalem ingin bertemu dengan Yesus? Niat mereka adalah ingin membunuh Yesus dengan cara terlebih dahulu menjebakNya lewat perilaku murid-muridNya yang dihubungkan dengan “adat” mencuci tangan. Perdebatan itu hanyalah “manuver” guna memuluskan rencana mereka agar Yesus segera ditangkap dan diadili. Itulah isi hati mereka dan itu juga yang menajiskan mereka. Tanpa sadar, mereka datang dan bertindak sebagai orang yang najis, namun merasa diri tidak najis. Bukankah kita banyak yang seperti itu? Merasa diri paling kudus dari pada orang lain. Tuhan tentu mengetahui apa isi hati kita. Kotbah ini menusuk tajam dan membedah isi hati kita, bahwa seseorang adalah apa yang ada di dalam hatinya. Entah niat kita jahat atau baik, tentu Tuhan mengetahuinya. Amin. Semoga Tuhan memberkati kita. #salam Walman Mulyadi Hutapea Blogspot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar