Sabtu, 21 Agustus 2021
MAZMUR 34 : 12 - 18
Kotbah Minggu, 22 Agustus 2021
Mazmur 34 : 12 – 18
Topik: Orang benar di mata Tuhan
.
34:12 Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu!
34:13 Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?
34:14 Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu;
34:15 jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!
34:16 Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong;
34:17 wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi.
34:18 Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.
.
.
Saudaraku
Selamat berjumpa kembali, dan kiranya Tuhan selalu memberkati kita.
Di dalam Alkitab, kita menemukan setidaknya 55 kata “takut akan Tuhan”. Dari berbagai kitab yang menyuarakan “takut akan Tuhan” nampaknya kitab Mazmur dan Amsal adalah yang lebih banyak menyuarakannya. Bahkan karena pentingnya hidup “takut akan Tuhan”, kitab Amsal menuliskannya di bagian pembuka kitabnya. Seberapa besarkah pengaruh kata “takut akan Tuhan” bagi hidup manusia, tentu orang yang menyuarakannya sudah mengalami dan bahkan menyaksikannya, hingga mengajak orang lain untuk juga “takut akan Tuhan”.
Kata “takut akan Tuhan” bukan berarti sembunyi, gemetaran, menangis atau sejenisnya yang memiliki unsur fobia. Takut akan Tuhan adalah merupakan sikap hormat manusia karena Tuhan merupakan sumber kehidupan, kebaikan dan anugerah. Itu terbukti dalam hidup Daud sendiri, makanya dia mampu bersaksi atas kebaikan Tuhan tersebut. Dari garis keturunan, Daud sudah pasti tidak mungkin menjadi raja atas Israel, sebab dia berasal dari keluarga penggembala domba. Namun kenyataannya, Tuhan mengangkat Daud menjadi raja dan tidak ada manusia yang dapat menggagalkan pengukuhan tersebut. Sebelumnya Daud juga banyak mengalami bahaya ketika dia menggembalakan ternak orang tuanya, dan juga ketika dia memimpin setiap peperangan, namun Tuhan selalu melindunginya. Dari kisah singkat di atas, Daud bersaksi dan sekaligus juga mengajak kita agar memiliki hidup “takut akan Tuhan”.
Saudaraku,
Seperti seorang ayah yang diperhadapkan dengan anak-anaknya, demikianlah Daud sebagai raja mengajak setiap warganya agar takut akan Tuhan, supaya bangsa itu menikmati kebaikan (ay 13). Daud tidak menikmati sendiri kebaikan itu, tapi dia ikut mengajak orang lain agar sama-sama menikmati kebaikan dari Tuhan.
Apa sajakah sifat dari orang yang takut akan Tuhan?
1. Menjaga lidah dan bibir agar tidak mengucapkan perkataan yang menipu.
Ada banyak orang yang menjadi korban oleh karena ucapan penipuan. Tuhan menciptakan mulut manusia agar kiranya selalu mengucapkan kata-kata yang baik, tidak menghujat, tidak berbohong, atau menghasut. Demikian juga Paulus mengingatkan agar perkataan kita hendaknya selalu penuh kasih (Kolose 4 : 6).
2. Menjauhi kejahatan dan mencari kedamaian.
Sejenak kita akan “meluncur” dulu ke zaman penciptaan Adam dan Hawa.
Betapa setiap orang sangat mendambakan kedamaian dan kebahagiaan ada dalam hidupnya. “Mungkin” tidak ada di antara kita yang mengharapkan terjadi keributan, kejahatan, perselisihan, atau peperangan.
Kita coba melihat manusia yang pertama Adam dan Hawa.
Mereka ditempatkan di taman Firdaus, tempat yang penuh dengan kedamaian dan kesejahteraan. Walau mereka berdua tidak berpakaian sama sekali, tapi mereka merasa damai karena memang kekudusan Allah masih melingkupi mereka.
Mereka tidak kedinginan dan tidak kelaparan sebab mereka hanya tinggal mengambil saja dari taman itu. Allah menyediakan apa saja yang mereka butuhkan. Itulah nikmatnya kalau hidup bersama dengan TUHAN. Hidup yang penuh dengan kedamaian. Sepanjang hari mereka tersenyum bahagia dan hidup penuh dengan kemesraan. Saling berpegangan tangan sambil berkeliling menikmati keindahan taman Eden. Mereka berdua hidup bagai pasangan sumpit. Kemana pun Adam berjalan, maka Hawa pasti ada di sampingnya.
Sekarang, kita lihat lagi ketika mereka hidup di luar kendali Tuhan, sesudah jatuh ke dalam dosa. Apa yang terjadi? Mereka panik, Mereka sembunyi, Mereka malu, Mereka kacau, sebab ketika mata mereka terbuka, mereka menyadari kalau mereka “telanjang”, dan mereka kini hidup di bawah kendali iblis atau dosa. Akibatnya hilanglah kedamaian dan kejahatan pun tumbuh subur, hingga berakibat buruk sampai pada detik ini. Makanya dikatakan “jauhilah kejahatan” karena memang kejahatan itu sangat dekat dengan kita, hingga kita sangat mungkin berpotensi untuk berbuat jahat.
Mengapa harus menjauhi kejahatan? Kita akan kembali melihat Adam dan Hawa. Ketika mereka melakukan yang jahat, maka reaksi pertama yang terjadi adalah mata mereka menjadi terbuka, dan mengetahui bahwa mereka telanjang, hingga mereka menjadi MALU. Demikian juga Firman ini menyapa kita saat ini agar menjauhi yang jahat supaya kita tidak MALU seperti Adam dan Hawa, tapi berbuat baiklah dan carilah kedamaian. Sebab orang-orang yang memiliki hati yang damai, bagaimana pun keadaannnya, ia akan ingat untuk selalu bersyukur kepada Tuhan. Walau hidupnya penuh dengan penderitaan, ia akan jalani hidup ini dengan keyakinan yang pasti bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah. Sebab orang percaya mengerti ketika mereka berseru kepada Tuhan, maka Tuhan pasti mendengarkan seruan mereka dan melepaskan dari segala kesesakannya. Sekali lagi melepaskannya dari segala kesesakannya. (Ay. 18).
Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar. Banyak orang yang mau berpihak hanya kepada yang kuat dan kaya, daripada kepada orang-orang yang benar dan lemah, karena berharap akan memperoleh keuntungan atau sedikitnya bisa aman. Tapi Tuhan tidak pernah berkompromi dengan yang jahat atau kejahatan, sebab renungan ini jelas menjawab kalau Tuhan pasti melenyapkannya (ay. 17), dan kemalangan itu sendiri akan mematikannya (ay.22). Bagaimana pun kuatnya kuasa kejahatan, bagi Tuhan itu semuanya hanyalah debu tanah, yang bisa dengan sekejap terbang tak berbekas.
Saudaraku, ada beberapa teladan dalam kotbah ini:
Pertama: Sebagaimana Daud telah merasakan banyak anugerah oleh karena takut akan Tuhan, dia juga mengajak kita agar hidup oleh karena “takut akan Tuhan”. Hidup kita tentu berasal dari Tuhan, dan tentunya kita pun diajak untuk menghormati Tuhan si pemberi kehidupan. Maka jangan pernah putus hubungan dengan Tuhan. Diajak untuk mengajak. Dibebaskan untuk membebaskan. Diberkati untuk menjadi berkat.
Kedua: “Takut akan Tuhan” mengajar kita agar hidup dengan benar. Hidup dengan benar sangat jelas dituliskan dalam kotbah ini yaitu menjaga mulut (perkataan), menjaga tubuh (menjauhi perilaku jahat), dan mencintai kedamaian. Ada banyak orang yang terbunuh oleh karena perkataan kita bisa saja mengandung hasutan, fitnah dan kebohongan. Maka baiklah mulut kita hanya digunakan untuk memuji Tuhan dan berkata dengan sopan.
Ketiga: Orang benar bukan berarti tanpa penderitaan. Orang benar juga akan menderita karena akan ada banyak orang jahat yang akan melawannya. Namun kotbah ini berkata bahwa seruan orang benar akan didengar Tuhan, dan Tuhan akan membebaskannya. Bahkan Tuhan sendiri akan menentang orang yang berbuat jahat tersebut. Tuhan tidak tuli. Tuhan juga tidak tidur. Tuhan pasti mendengar dan membebaskan orang benar (topik Minggu). Semoga Tuhan memberkati kita. Amin.
#salam
#wmhutapea
#walman_mulyadi_hutapea.blogspot
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar