Walman Mulyadi Hutapea
Sabtu, 18 September 2021
PENGKOTBAH 10 ; 10 - 15
Jumat, 10 September 2021
MARKUS 8 : 31 - 38
Jumat, 03 September 2021
YESAYA 35 : 4 - 10
Senin, 23 Agustus 2021
MARKUS 7 : 17 - 23
Sabtu, 21 Agustus 2021
MAZMUR 34 : 12 - 18
Jumat, 13 Agustus 2021
Yohanes 8 : 30 - 36
Kotbah Minggu 15 Agustus 2021
Yohanes 8 : 30 – 36
Topik: Allah yang memerdekakan.
.
8:30 Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
8:31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
8:32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
8:33 Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?"
8:34 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.
8:35 Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.
8:36 Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
.
.
Salam sejatera bagi kita semua yang dikasihi Tuhan Yesus.
Jaga jarak, cuci tangan, pakai masker, hindari kerumunan dan berdoa agar kita semuanya dalam keadaan sehat.
Saudaraku
Tuhan setiap saat menyapa kita dengan sabdaNya, kiranya iman kita teguh dan yakin akan pertolongan Tuhan, walau kita semua sedang berjuang untuk bersama-sama keluar dari masa sulit oleh karena pandemic. Saya juga ucapkan turut berduka cita jika ada di antara keluarga kita yang meninggal oleh karena covid. Bagi yang masih menjalani perawatan di Rumah Sakit dan di rumah sendiri, kiranya kesehatannya Tuhan pulihkan. Amin.
Saudaraku,
Hari ini, kita sudah memasuki masa akhir pekan, dan tentunya besok Minggu 15/08/2021, kita akan mendengarkan sabda Tuhan di gereja. Untuk itu, saya mencoba membagikan tulisan kotbah yang kurang berguna ini, sebagai “suguhan” awal sebelum kita memasuki ibadah Minggu besok. Tentu masih jauh dari apa yang diharapkan, namun kiranya dapat berguna untuk kita semua.
Saudaraku,
Ada perbedaan kitab Yohanes dengan ketiga kitab Injil lainnya. Kitab ini dituliskan untuk melawan aliran Gnostisisme yang sudah berkembang saat itu. Aliran ini mengutamakan logika berpikir dan menolak ketuhanan Yesus. Itu makanya, kitab ini tidak dibuka dengan pemberitaan tentang garis keturunan atau silsilah Yesus, sebagaimana yang tertera dalam ketiga Injil lainnya. Yang diutamakan kitab Yohanes adalah pemberitaan bahwa Yesus adalah Firman Allah yang menjelma menjadi manusia (Yoh 1 : 1 – 4, & 14).
Saudaraku
Ketika Yesus berbicara atau berkotbah, akan ada orang yang percaya dan sekaligus menyangkalNya. Akan ada juga orang yang mengikutiNya untuk alasan masing-masing. Entah itu sekadar untuk melihat Yesus, melihat muzijat atau mengintip kesalahanNya untuk ditangkap dan dibunuh. Sikap kita zaman sekarang ini juga begitu. Belum tentu kita benar-benar percaya dan mengasihi Yesus.
Kotbah ini diawali dengan kalimat: ketika Yesus berbicara, maka banyaklah orang yang menjadi percaya. Namun Yesus mengingatkan kembali, bahwa: jika ingin benar-benar menjadi murid Yesus, maka seseorang harus tetap di dalam Firman Tuhan (ay 31). Menetap artinya hidup oleh karena FirmanNya saja. Dibutuhkan kehati-hatian untuk memahami perkataan ini. Kita harus kembali kepada pasal pembuka kitab Yohanes ini.
Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah (1 : 1), dan Firman itu menjadi manusia (1 : 14), yaitu Yesus. Yesus adalah wujud Allah yang tinggal bersama dan di tengah-tengah manusia. Itu makanya Yesus sering berkata Aku adalah jalan, kebenaran, kehidupan, pintu, gembala dll. Dalam istilah Yunani disebut “Ego Eimi”. Maka setiap orang yang menjadi murid Yesus, harus benar-benar tetap dalam FirmanNya. Setiap perkataan yang diucapkan Yesus adalah pesan dari Bapa yang mengutusNya. Allah menganugerahkan keselamatan lewat Yesus. Yang percaya kepada Yesus sebagai kebenaran, dan menerima serta menetap di dalam FirmanNya, dialah yang layak menjadi murid Yesus, dan dia jugalah yang akan menerima keselamatan.
Perdebatan saat itu adalah bahwa bangsa Yahudi sudah merasa merdeka sebab mereka adalah keturunan Abraham (ay 33). Namun Yesus tiba-tiba berkata: kebenaran itu akan memerdekakan kamu (ay 32). Inilah salah satu alasan mengapa kaum Farisi dan Ahli Taurat berupaya sekuat mungkin untuk menyalibkan Yesus. Mereka menuduh bahwa Yesus telah menghujat Allah. Ini merupakan penghinaan. Bagaimana mungkin Yesus dapat membebaskan bangsa kami pada hal bangsa kami tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Itulah perlawanan mereka kepada Yesus.
Saudaraku, ini merupakan sikap sombong dan arogan. Bukankah saat itu juga bangsa Israel sedang dijajah oleh Romawi? Mereka tidak mengaku dan tidak sadar bahwa saat itu juga mereka sedang dijajah. Mereka memelihara sikap sombong karena mereka adalah keturunan Abraham. Mungkin sikap kita saat ini juga seperti itu. Kita merasa bahwa kita tidak sedang dijajah, pada hal nyata-nyata kita sedang menderita oleh kareja terjajah. Banyak hal dalam bentuk yang berbeda sedang menjajah kita.
Kemudian Yesus pun menjawab: setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.
Inilah kenyataan bahwa bangsa Israel telah menyombongkan status sebagai keturunan Abraham. Mereka menyamakan diri dengan Abraham. Mereka merasa bahwa mereka sudah merdeka oleh karena mereka adalah keturunan Abraham. Justru sikap seperti itu telah menunjukkan sikap arogan dan sombong, yang merupakan buah dosa dan kejahatan, hingga mereka berencana menangkap dan membunuh Yesus. Bukankah sikap seperti itu telah menunjukkan bahwa mereka adalah hamba dosa? Merasa tidak diperhamba dosa namun kenyataannya adalah hamba dosa. Orang yang sudah diperhamba maka akan sulit baginya untuk membebaskan diri dari perhambaan itu. Makanya Yesus datang membebaskan manusia dari perhambaan dosa, dengan memberikan diri disalibkan, agar manusia benar-benar merdeka.
Yesus menggambarkan perbedaan anak kandung dengan hamba (ay 35 – 36): bahwa anak akan tetap tinggal di rumah sementara hamba tidak. Walau pun mereka boleh tinggal bersama (anak dan hamba), namun anak kandunglah yang berhak dan menetap di dalamnya. Hamba bisa saja diusir dengan tiba-tiba oleh anak kandung tersebut. Demikian juga dengan Yesus, bahwa sebagai Anak Allah, Dia berkuasa membebaskan manusia dari perbudakan dosa. Bukan hanya sebatas merdeka, namun benar-benar merdeka dan memperoleh kehidupan.
Saudaraku,
Ada beberapa teladan yang kita temukan dalam kotbah ini:
Pertama: Yesus adalah kepastian atas keselamatan manusia dari perbudakan dosa. Oleh sebab itu, setiap orang yang tinggal di dalam Firman atau Yesus, maka tidak akan diperhamba dosa. Orang yang percaya kepada Yesus telah memperoleh keselamatan dan anugerah. Bukan berarti tidak ada lagi pergumulan hidup, namun anugerah terbesar adalah dosa tidak lagi memperhamba manusia yang percaya kepada Yesus. Setiap orang percaya akan dikuatkan oleh Firman Tuhan sebab Yesus adalah penolongnya.
Kedua: Status sebagai keturunan Abraham tidak serta merta memerdekakan bangsa Israel dari perbudakan dosa. Meyombongkan status hanya akan membawa manusia semakin diperhamba oleh dosa. Demikian juga dengan kita, bahwa menyombongkan status kita sebagai seorang Kristen tidak serta merta membawa kita kepada kemerdekaan. Justru Yesus akan menghardik kita jika kita selalu menyombongkan status. Inilah yang disebut dengan kesombongan rohani. Untuk apa memiliki status Kristen jika pola hidup kita tidak mencerminkan bahwa kita adalah pengikut Kristus?
Ketiga: Menjadi murid Yesus tentu memiliki syarat. Syarat utama adalah mencintai Firman Tuhan. Tanpa Firman Tuhan maka kita hanya akan disebut sebagai hamba dosa. Agar kita disebut sebagai anak dan tinggal menetap di dalam rumah, maka Yesus membawa tebusan kepada kita yang sudah diperhamba dosa, agar kita memperoleh keselamatan dan kemerdekaan, hingga kita diangkatNya menjadi anak-Nya. Sekali menjadi anak, maka teruslah menjadi anak Tuhan. Jangan lagi mau diperbudak dosa. Sekali merdeka, tetap merdeka. Itulah Allah di dalam Yesus, yang telah memerdekakan kita.
Keempat: jika sudah dimerdekakan, maka tugas kita adalah membawa kemerdekaan itu kepada umat manusia. Jangan sombong jika kita sudah merdeka, namun tetaplah mensyukurinya karena itu adalah anugerah Tuhan yang terbesar. Dan lagi, jika sudah dimerdekakan, jangan memperhamba orang lain. Terlebih saat ini kita sedang berjuang melawan pandemic, mari kita saling memnolong dan mendoakan, agar kita sama-sama merdeka dari ancaman pandemic ini. tuhan kiranya memberkati kita semua, amin.
#salam
#wmhutapea